Hoh! Ini
adalah artikel yang sangat-amat sensitif saya rasa._.
Sebelumnya,
saya minta maaf yang sebesar-besarnya kalau apa yang saya tulis ini ada
salahnya. Betulkan saya kalau ada salahnya ya._. Sekali lagi saya sedang ingin
ber-opini.
Jadi..., ‘Rasis-Sebuah Kata Bermakna Horor’.
Well, judul yang agak aneh seperti biasa :3. Hahah maafin.
Rasis. Apa itu Rasis? Yah, intinya adalah pembedaan berdasarkan ras atau golongan
gitu deh. Lalu kenapa sesil menganggapnya Horor?
Iya, karena hal semacam ini sangat menakutkan. Mengancam persatuan dan
kesatuan. Sangat rawan untuk memacu perpecahan. Dan saya membencinya.
Pasti banyak orang juga yang tidak
menyukainya. Iya kan? Masih lebih senang
pada persatuan kan daripada perpecahan? :’)
Lalu, sekarang kita lihat perilaku Rasis yang terjadi dalam kehidupan nyata. Awalnya saya pengin nulis ini karena saya barusan ngelihat beranda facebook. Di situ ada fotonya pak Ahok yang berkeinginan membangun Masjid di balai kota Jakarta. Dan benar saja, banyak komentar yang menyesakkan hati ketika membacanya :’v
Sebelumnya saya mohon maaf sekali lagi mohon maaf kalau
artikel saya ini agak ‘sesuatu’
maaf ><
Di komentar-komentar yang saya baca tersebut, saya tidak
ingin terlalu menyalahkan atau terlalu membenarkan ras atau agama tertentu.
Karena kalau kita berbicara tentang kenyataan yang terjadi, kalau
kita mengelompokkan berdasarkan agama, hasilnya akan sama saja. Akan ada yang positif dan negatif. Yap.
Di satu pihak, banyak yang berkomentar katanya bapak Ahok pencitraan atau
apalah, meng-kafir-kan pak Ahok, menghujat-hujat pak Ahok dengan opininya yang
belum tentu benar – kemungkinan besar salah. Tapi tidak sedikit juga dari pihak
lain yang menanggapi dengan emosi lain, yang mendukung pak Ahok dengan cara
yang salah, yang menjelek jelekkan dan menghujat-hujat pihak lainnya dengan
opininya yang belum tentu benar juga – yang kemungkinan besar salah juga.
Saya jadi berfikir, berapa banyak pikiran buruk yang tersirat hanya
dari foto ini? Hmm, sebenarnya mungkin sudah banyak yang tahu berwaktu-waktu
sebelum masa-masa sekarang ini, sudah banyak hal serupa terjadi di media
sosial, saling menjelek-jelekkan antar kepercayaan, dan saling merasa benar
sendiri. Jadi silahkan berfikir terlebih dahulu sebelum menulisnya, karena
media sosial dibaca orang banyak, apa lagi Yang Di Atas, tahu benar apa yang kita
perbuat. Well, apa kamu sudah merasa
sebagai orang paling benar di dunia ini?
(ini juga saya berfikir keras mau nge-post apa enggak,agak
takut sesuatu wkwk, kalo ada yang salah silahkan betulkanr._. J)
Karena saya sendiri juga banyak salahnya.
Karena saya sendiri juga banyak salahnya.
Huwaahh, saya tidak paham mengapa Pak Ahok begitu
dipermasalahkan ketika menggantikan pak Jokowi untuk memimpin Jakarta hanya
karena dia seorang tionghoa? Kalau kerjanya bagus, kenapa enggak gitulo? Demo
lah ini lah, apalah, hufet sekali. Apalagi sudah mau berbuat baik, tetap saja
dihujat :’)
Tapi mungkin memang demikian manusia, jadi saya tidak ingin
memandang sebelah mata lalu membenci pihak tersebut secara ‘langsung jedher’.
(Yagitudeh maksudnya :v). Karena tidak bisa dipungkiri juga, mungkin di negara
lain, di tempat lain, misalnya seorang Muslim sebagai kaum
minoritas, dan Tionghoa sebagai mayoritas. (Ini hanya misalnya). Jika ada sosok seperti pak Ahok
dalam versi muslim, 'mungkin' ceritanya
bakal sama. Karena seperti saya tuliskan
beberapa waktu lalu, hukum sang Mayor yang mendominasi. Maksudnya,
mungkin kaum A terdiskriminasi di
sini. Tapi bisa jadi kaum A menjadi yang mendiskriminasi
di sana. Mungkin kaum B mendiskriminasi
di sini, tapi terdiskriminasi di
sana. Dan seterusnya :’|
Kadang kebiasaan budaya Mayor selalu benar di dunia ini itu
sangat menyebalkan. Iya di dunia ini, di sini, di sana, di sana, di sana. Pihak
pihak minor sering kali kasihan. Hiks.
Dan mungkin, juga akan ada yang menghujat dengan opini
mereka, dan akan ada yang menanggapi dengan emosi dengan opini mereka. Saya
membaca di beberapa sumber, katanya tidak mau dipimpin oleh orang yang
‘berbeda’. Ah, memangnya berpengaruh ya? :’)
Iya, kalau sudah terjadi kasus Rasisme, segala sesuatu yang
dilakukan oleh seseorang dari yang bukan ras atau golongannya (hampir) pasti dipandang
negatif, pasti dicari-cari kesalahannya, pasti dikomentari. Dan apa yang
dilakukan dari golongannya akan dipuja-puja, diagungkan, dibenarkan. Yaah
begitulaah...
Rajungan!! Saus tartar!!! >< *kau tahu ini bahasa apa?
Kalau kau naksir spongbob, pasti kau tahu haha :v *abaikan
Saya benci hal semacam ini. Yang muslim dipandang teroris,
yang kristen dipandang penjajah, dll. Kelompok ini menjelekkan kelompok ini. Begitu
pula kelompok ini menjelekkan kelompok ini.
Apa kamu
sudah merasa sebagai orang yang paling benar di dunia ini?
Tidak bisa. TIDAK BISA. Kalau saya katakan bahwa Agama ini
yang paling benar, atau agama ini adalah agama yang menyesatkan, tidak bisa.
Karena saya yakin, sejatinya setiap agama atau kepercayaan(dalam
hal ini—pandangan saya—yang ada di Indonesia) mengajarkan kebaikan. Ajaran yang
menuntun umatnya menuju jalan yang benar. Apabila terjadi hal yang buruk,
pastilah hanya kesalahan pemahaman tentang apa maksud sebenarnya ajaran agama
tersebut.
Jadi, jika ada orang yang berbuat buruk, jangan menyalahkan agamanya.
Karena seperti yang saya tuliskan, semua agama (yang saya maksud, karena hanya yang saya tahu = di Indonesia) pasti mengajarkan kebaikan, jika
ada hal buruk terjadi, pastilah hanya kesalah pahaman individu.
Kebanyakan orang berkomentar tentang agamanya orang yg
berbuat buruk tersebut, menyangkut pautkan dengan agama, lalu menyulut emosi
dari pemeluk agama tersebut. Jadi deh perang :’| Padahal juga belum tentu
komentarnya itu benar. Apalagi pengetahuannya minim tentang agama yang
dikomentarinya tersebut. Kebanyakan orang yang berkomentar adalah orang yang
belum begitu mengenal dan paham tentang agama yang dikomentarinya, hanya
berpegang pada prinsip ‘agama saya adalah
agama yang paling benar, yang lainnya salah’. Atau kadang orang yang
intelegensinya tinggi, tapi tanpa iman yang kuat, membeberkan berbagai ilmu,
fakta, narasumber, dll tentang kesalahan kepercayaan lain—yang belum tentu ia
pahami dengan benar.
Iman bisa dilogika? Agama itu logika? Ilmiah??
Tidak.
Iman bisa dilogika? Agama itu logika? Ilmiah??
Tidak.
Saya mengamati dan melihat. Dalam psikologis banyak orang
tertanam prinsip untuk membenarkan agama sendiri dan menyalahkan agama lain.
Itulah awal mulanya Rasis. Sebenarnya, kita tidak usah mencari-cari kesalahan
kelompok lain.
Apakah kita sudah cukup baik untuk mengoreksi orang lain?
Lebih baik kita mencari kebaikan untuk diri kita sendiri dulu, lalu membagikan kebaikan tersebut. Jangan hanya senang dengan perang dan perpecahan. Apa enaknya sih saling benci?
Apakah kita sudah cukup baik untuk mengoreksi orang lain?
Lebih baik kita mencari kebaikan untuk diri kita sendiri dulu, lalu membagikan kebaikan tersebut. Jangan hanya senang dengan perang dan perpecahan. Apa enaknya sih saling benci?
Dan, saya yakin pasti kita semua tidak akan senang, mungkin
sakit hati ketika ada orang yang menjelekkan atau berkata tidak benar tentang
agama atau kepercayaan kita. Saya mendengar orang lain berkata tidak benar
tentang agama saya, rasanya sakitnya tuh di sinih. Wkwk. Tapi tidak dapat
dipungkiri, saya mengamati juga ada orang dari kelompok saya yang melakukan hal
serupa. Jadi, sekali lagi saya tidak ingin ‘langsung jedher’ membencinya. Tapi
saya berfikir tentang suatu hal...
Kalau kita
juga berbuat buruk kepada orang yang berbuat buruk kepada kita, apa bedanya
kita dengan mereka?
Kalau kita berbuat jahat juga, kita tidak lebih baik dari mereka.
Sama jahatnya.
Kalau kita berbuat jahat juga, kita tidak lebih baik dari mereka.
Sama jahatnya.
Berfikir negatif atau men-semoga-kan hal buruk terjadi kepada
orang lain, terus dendam, juga termasuk perbuatan jahat loh. Hohoh.
Jadi, kalau ada yang berbuat jahat, jangan dibalas, doakan saja
semoga dia segera sadar kebenarannya. :)))
Well, kalau dari saya pribadi saya merasa buanyaaaaaak sekali
ajaran agama yang membawa saya menuju kebahagiaan, kedamaian, kebaikan,
ketenangan, dan segala hal baik lainnya. Tapi juga tidak jarang ada hal yang
dikatakan orang yang se-agama dengan saya, tapi hati nurani saya tidak
menyukainya, yaa saya tidak melakukan atau menanamkan hal yang menurut hati nurani
saya tidak benar tadi ke dalam hati kecil saya. Kalau menurut hati nurani saya
salah, ya tidak usah dilakukan. Mungkin ada yang salah atau tidak saya pahami.. Ambil positifnya sajah.
Tidak jarang juga saya mengamati dan mengetahui ada ajaran
atau pemahaman dari agama atau kepercayaan lain dan hati nurani saya
menyukainya dan berkata kalau hal itu baik untuk dilakukan atau pemahaman itu
benar adanya, yaa saya lakukan atau saya tanamkan dalam hati kecil saya. :)))
Jadi begitulaah. Kesempurnaan hanyalah milikNya. Tidak ada
manusia yang sempurna.
Jangan me-nyempurna-kan diri, juga jangan me-rendah-kan manusia lain.
Kalau orang salah, jangan terus-terusan dicaci-maki, tapi benarkan. Jangan selalu merasa benar, tapi selalu carilah kebenaran itu.
Jangan me-nyempurna-kan diri, juga jangan me-rendah-kan manusia lain.
Kalau orang salah, jangan terus-terusan dicaci-maki, tapi benarkan. Jangan selalu merasa benar, tapi selalu carilah kebenaran itu.
Kita tercipta berbeda-beda. Bukankah perbedaan itu yang membuat hidup ini jadi lebih berwarna? Jadi yasudah, kita bangun kepribadian
yang baik dalam diri kita dengan memahami benar ajaran agama yang diajarkan
kepada kita. Cintai agama kita dengan benar. Jangan sampai kita keliru
memahami ajaran agama. Tidak usah mencari kesalahan kepercayaan lain. Kita cari kebenaran sebanyak-banyaknya. Kalau
menemukan ada yang salah yaa benarkan, ingatkan, cari tahu alasannya. Mungkin
ada alasan tersendiri menurut kepercayaannya. Jangan melulu menghujat. Dan
jangan kesusu gething ke orang yang berbuat jahat ke kita. Doakan supaya dia
sadar
Kalau ada api jangan jadi api juga, nanti jadinya kebakaran. Jadilah air,
pereda api yang menenangkan.
Ayolaah, kita saling melengkapi perbedaan yang ada ini.
Bukankah tujuan kita sama? Mencari surga, nirwana, suwargo, ya itu. Heheh.
Manusia senang membuat nerakanya sendiri di dunia. Membuat perang, perkelahian,
perpecahan, dan semacamnya. Kalau di dunia saja sudah membuat neraka, bagaimana
nantinya... Ayo sama-sama memperbaiki
dunia! :)
Kalo bisa berdampingan dalam damai gitu, seneng kan?? :) ^^
Kalo bisa berdampingan dalam damai gitu, seneng kan?? :) ^^
Oh iya! Kan masih suasana tahun baru nih. Saya mau bikin
#NewYearWish :3 hohoh
Jadi, new
year wish. Semoga... mulai tahun 2015 dan seterusnyaaaaa kesadaran untuk saling
menghormati antar umat beragama—antar sesama manusia terus bertambah, selalu
tumbuh dan berkembang dalam diri setiap umat manusia. Semoga ‘perbedaan’ tidak
menjadi suatu yang terlalu ‘membedakan’. Semoga tidak ada lagi perbedaan yang
terlalu beda antara minor dan mayor—di manapun itu, di penjuru dunia manusia
ini. Semoga, perdamaian menjadi usaha banyak umat manusia. Penindasan terus
berkurang. Diskriminasi terus berkurang. Dan... Rasisme dan keegoisan juga terus berkurang.
Amin.
Bantu do’a yaa! :’DDD
Wkwk
Jadi demikian. Saya menulis opini ini. Semoga ada
manfaatnyah. Dan berkali-kali saya katakan, saya juga manusia biasa, punya
banyak salah dan belum tentu manusia yang ‘baik dan benar’, sesil juga banyak
dosanya. Doakan sesil yah :’D. Hehehehehhh. Mohon maaf yang sebesar-buesarnya
kalau ada yang salah, benarkan kalau ada yang salah :D Hehee
No comments:
Post a Comment