Friday, 18 September 2015

“Rasis”- Sebuah Kata Bermakna Horor


*ini draft dari bulan januari baru ke-post. heheh

Hai!

Hoh! Ini adalah artikel yang sangat-amat sensitif saya rasa._.

Sebelumnya, saya minta maaf yang sebesar-besarnya kalau apa yang saya tulis ini ada salahnya. Betulkan saya kalau ada salahnya ya._. Sekali lagi saya sedang ingin ber-opini.
Jadi..., ‘Rasis-Sebuah Kata Bermakna Horor’. Well, judul yang agak aneh seperti biasa :3. Hahah maafin.

Rasis. Apa itu Rasis? Yah, intinya adalah pembedaan berdasarkan ras atau golongan gitu deh. Lalu kenapa sesil menganggapnya Horor? Iya, karena hal semacam ini sangat menakutkan. Mengancam persatuan dan kesatuan. Sangat rawan untuk memacu perpecahan. Dan saya membencinya. Pasti  banyak orang juga yang tidak menyukainya. Iya kan? Masih lebih senang pada persatuan kan daripada perpecahan? :’)



Lalu, sekarang kita lihat perilaku Rasis yang terjadi dalam kehidupan nyata. Awalnya saya pengin nulis ini karena saya barusan ngelihat beranda facebook. Di situ ada fotonya pak Ahok yang berkeinginan membangun Masjid di balai kota Jakarta. Dan benar saja, banyak komentar yang menyesakkan hati ketika membacanya :’v

Sebelumnya saya mohon maaf sekali lagi mohon maaf kalau artikel saya ini agak ‘sesuatu’ 
maaf ><

Di komentar-komentar yang saya baca tersebut, saya tidak ingin terlalu menyalahkan atau terlalu membenarkan ras atau agama tertentu. Karena kalau kita berbicara tentang kenyataan yang terjadi, kalau kita mengelompokkan berdasarkan agama, hasilnya akan sama saja. Akan ada yang positif dan negatif. Yap. Di satu pihak, banyak yang berkomentar katanya bapak Ahok pencitraan atau apalah, meng-kafir-kan pak Ahok, menghujat-hujat pak Ahok dengan opininya yang belum tentu benar – kemungkinan besar salah. Tapi tidak sedikit juga dari pihak lain yang menanggapi dengan emosi lain, yang mendukung pak Ahok dengan cara yang salah, yang menjelek jelekkan dan menghujat-hujat pihak lainnya dengan opininya yang belum tentu benar juga – yang kemungkinan besar salah juga.

Apa-apaan ini?




Saya jadi berfikir, berapa banyak pikiran buruk yang tersirat hanya dari foto ini? Hmm, sebenarnya mungkin sudah banyak yang tahu berwaktu-waktu sebelum masa-masa sekarang ini, sudah banyak hal serupa terjadi di media sosial, saling menjelek-jelekkan antar kepercayaan, dan saling merasa benar sendiri. Jadi silahkan berfikir terlebih dahulu sebelum menulisnya, karena media sosial dibaca orang banyak, apa lagi Yang Di Atas, tahu benar apa yang kita perbuat. Well, apa kamu sudah merasa sebagai orang paling benar di dunia ini?

(ini juga saya berfikir keras mau nge-post apa enggak,agak takut sesuatu wkwk, kalo ada yang salah silahkan betulkanr._. J)

Karena saya sendiri juga banyak salahnya.

Huwaahh, saya tidak paham mengapa Pak Ahok begitu dipermasalahkan ketika menggantikan pak Jokowi untuk memimpin Jakarta hanya karena dia seorang tionghoa? Kalau kerjanya bagus, kenapa enggak gitulo? Demo lah ini lah, apalah, hufet sekali. Apalagi sudah mau berbuat baik, tetap saja dihujat :’)




Tapi mungkin memang demikian manusia, jadi saya tidak ingin memandang sebelah mata lalu membenci pihak tersebut secara ‘langsung jedher’. (Yagitudeh maksudnya :v). Karena tidak bisa dipungkiri juga, mungkin di negara lain, di tempat lain, misalnya seorang Muslim sebagai kaum minoritas, dan Tionghoa sebagai mayoritas. (Ini hanya misalnya). Jika ada sosok seperti pak Ahok dalam versi muslim, 'mungkin' ceritanya bakal sama.  Karena seperti saya tuliskan beberapa waktu lalu, hukum sang Mayor yang mendominasi. Maksudnya, mungkin kaum A terdiskriminasi di sini. Tapi bisa jadi kaum A menjadi yang mendiskriminasi di sana. Mungkin kaum B mendiskriminasi di sini, tapi terdiskriminasi di sana. Dan seterusnya :’|



Kadang kebiasaan budaya Mayor selalu benar di dunia ini itu sangat menyebalkan. Iya di dunia ini, di sini, di sana, di sana, di sana. Pihak pihak minor sering kali kasihan. Hiks.
Dan mungkin, juga akan ada yang menghujat dengan opini mereka, dan akan ada yang menanggapi dengan emosi dengan opini mereka. Saya membaca di beberapa sumber, katanya tidak mau dipimpin oleh orang yang ‘berbeda’. Ah, memangnya berpengaruh ya? :’)

Manusia seringkali merasa benar sendiri. Padahal belum tentu benar.




Iya, kalau sudah terjadi kasus Rasisme, segala sesuatu yang dilakukan oleh seseorang dari yang bukan ras atau golongannya (hampir) pasti dipandang negatif, pasti dicari-cari kesalahannya, pasti dikomentari. Dan apa yang dilakukan dari golongannya akan dipuja-puja, diagungkan, dibenarkan. Yaah begitulaah...

Rajungan!! Saus tartar!!! >< *kau tahu ini bahasa apa? Kalau kau naksir spongbob, pasti kau tahu haha :v *abaikan

Saya benci hal semacam ini. Yang muslim dipandang teroris, yang kristen dipandang penjajah, dll.  Kelompok ini menjelekkan kelompok ini. Begitu pula kelompok ini menjelekkan kelompok ini.




Apa kamu sudah merasa sebagai orang yang paling benar di dunia ini?

Tidak bisa. TIDAK BISA. Kalau saya katakan bahwa Agama ini yang paling benar, atau agama ini adalah agama yang menyesatkan, tidak bisa.

Karena saya yakin, sejatinya setiap agama atau kepercayaan(dalam hal ini—pandangan saya—yang ada di Indonesia) mengajarkan kebaikan. Ajaran yang menuntun umatnya menuju jalan yang benar. Apabila terjadi hal yang buruk, pastilah hanya kesalahan pemahaman tentang apa maksud sebenarnya ajaran agama tersebut.

Jadi, jika ada orang yang berbuat buruk, jangan menyalahkan agamanya. Karena seperti yang saya tuliskan, semua agama (yang saya maksud, karena hanya yang saya tahu = di Indonesia) pasti mengajarkan kebaikan, jika ada hal buruk terjadi, pastilah hanya kesalah pahaman individu.

Kebanyakan orang berkomentar tentang agamanya orang yg berbuat buruk tersebut, menyangkut pautkan dengan agama, lalu menyulut emosi dari pemeluk agama tersebut. Jadi deh perang :’| Padahal juga belum tentu komentarnya itu benar. Apalagi pengetahuannya minim tentang agama yang dikomentarinya tersebut. Kebanyakan orang yang berkomentar adalah orang yang belum begitu mengenal dan paham tentang agama yang dikomentarinya, hanya berpegang pada prinsip ‘agama saya adalah agama yang paling benar, yang lainnya salah’. Atau kadang orang yang intelegensinya tinggi, tapi tanpa iman yang kuat, membeberkan berbagai ilmu, fakta, narasumber, dll tentang kesalahan kepercayaan lain—yang belum tentu ia pahami dengan benar.

Iman bisa dilogika? Agama itu logika? Ilmiah??

Tidak.

Saya mengamati dan melihat. Dalam psikologis banyak orang tertanam prinsip untuk membenarkan agama sendiri dan menyalahkan agama lain. Itulah awal mulanya Rasis. Sebenarnya, kita tidak usah mencari-cari kesalahan kelompok lain. 

Apakah kita sudah cukup baik untuk mengoreksi orang lain? 

Lebih baik kita mencari kebaikan untuk diri kita sendiri dulu, lalu membagikan kebaikan tersebut. Jangan hanya senang dengan perang dan perpecahan. Apa enaknya sih saling benci?

Dan, saya yakin pasti kita semua tidak akan senang, mungkin sakit hati ketika ada orang yang menjelekkan atau berkata tidak benar tentang agama atau kepercayaan kita. Saya mendengar orang lain berkata tidak benar tentang agama saya, rasanya sakitnya tuh di sinih. Wkwk. Tapi tidak dapat dipungkiri, saya mengamati juga ada orang dari kelompok saya yang melakukan hal serupa. Jadi, sekali lagi saya tidak ingin ‘langsung jedher’ membencinya. Tapi saya berfikir tentang suatu hal...

Kalau kita juga berbuat buruk kepada orang yang berbuat buruk kepada kita, apa bedanya kita dengan mereka?
Kalau kita berbuat jahat juga, kita tidak lebih baik dari mereka.
Sama jahatnya.

Berfikir negatif atau men-semoga-kan hal buruk terjadi kepada orang lain, terus dendam, juga termasuk perbuatan jahat loh. Hohoh.
Jadi, kalau ada yang berbuat jahat, jangan dibalas, doakan saja semoga dia segera sadar kebenarannya. :)))




Well, kalau dari saya pribadi saya merasa buanyaaaaaak sekali ajaran agama yang membawa saya menuju kebahagiaan, kedamaian, kebaikan, ketenangan, dan segala hal baik lainnya. Tapi juga tidak jarang ada hal yang dikatakan orang yang se-agama dengan saya, tapi hati nurani saya tidak menyukainya, yaa saya tidak melakukan atau menanamkan hal yang menurut hati nurani saya tidak benar tadi ke dalam hati kecil saya. Kalau menurut hati nurani saya salah, ya tidak usah dilakukan. Mungkin ada yang salah atau tidak saya pahami.. Ambil positifnya sajah.

Tidak jarang juga saya mengamati dan mengetahui ada ajaran atau pemahaman dari agama atau kepercayaan lain dan hati nurani saya menyukainya dan berkata kalau hal itu baik untuk dilakukan atau pemahaman itu benar adanya, yaa saya lakukan atau saya tanamkan dalam hati kecil saya. :)))

Jadi begitulaah. Kesempurnaan hanyalah milikNya. Tidak ada manusia yang sempurna. 

Jangan me-nyempurna-kan diri, juga jangan me-rendah-kan manusia lain.

Kalau orang salah, jangan terus-terusan dicaci-maki, tapi benarkan. Jangan selalu merasa benar, tapi selalu carilah kebenaran itu.



Kita tercipta berbeda-beda. Bukankah perbedaan itu yang membuat hidup ini jadi lebih berwarna? Jadi yasudah, kita bangun kepribadian yang baik dalam diri kita dengan memahami benar ajaran agama yang diajarkan kepada kita. Cintai agama kita dengan benar. Jangan sampai kita keliru memahami ajaran agama. Tidak usah mencari kesalahan kepercayaan lain. Kita cari kebenaran sebanyak-banyaknya. Kalau menemukan ada yang salah yaa benarkan, ingatkan, cari tahu alasannya. Mungkin ada alasan tersendiri menurut kepercayaannya. Jangan melulu menghujat. Dan jangan kesusu gething ke orang yang berbuat jahat ke kita. Doakan supaya dia sadar

Kalau ada api jangan jadi api juga, nanti jadinya kebakaran. Jadilah air, pereda api yang menenangkan. 

Ayolaah, kita saling melengkapi perbedaan yang ada ini. Bukankah tujuan kita sama? Mencari surga, nirwana, suwargo, ya itu. Heheh. Manusia senang membuat nerakanya sendiri di dunia. Membuat perang, perkelahian, perpecahan, dan semacamnya. Kalau di dunia saja sudah membuat neraka, bagaimana nantinya... Ayo sama-sama memperbaiki dunia! :)




Kalo bisa berdampingan dalam damai gitu, seneng kan?? :) ^^

Oh iya! Kan masih suasana tahun baru nih. Saya mau bikin #NewYearWish :3 hohoh

Jadi, new year wish. Semoga... mulai tahun 2015 dan seterusnyaaaaa kesadaran untuk saling menghormati antar umat beragama—antar sesama manusia terus bertambah, selalu tumbuh dan berkembang dalam diri setiap umat manusia. Semoga ‘perbedaan’ tidak menjadi suatu yang terlalu ‘membedakan’. Semoga tidak ada lagi perbedaan yang terlalu beda antara minor dan mayor—di manapun itu, di penjuru dunia manusia ini. Semoga, perdamaian menjadi usaha banyak umat manusia. Penindasan terus berkurang. Diskriminasi terus berkurang. Dan... Rasisme dan keegoisan juga terus berkurang. Amin.
Bantu do’a yaa! :’DDD

Wkwk

Jadi demikian. Saya menulis opini ini. Semoga ada manfaatnyah. Dan berkali-kali saya katakan, saya juga manusia biasa, punya banyak salah dan belum tentu manusia yang ‘baik dan benar’, sesil juga banyak dosanya. Doakan sesil yah :’D. Hehehehehhh. Mohon maaf yang sebesar-buesarnya kalau ada yang salah, benarkan kalau ada yang salah :D Hehee

Sekian. Salam Damai! \m/



No comments:

Post a Comment