Monday, 11 August 2014

Minor dan Mayor

(ilustrasinya agak gak nyambung ya?, tapi agak nyambung kok. wkwk)

Hai. Sudah lama ya tidak berjumpa. O iya, U cp? :3 *plak! Abaikan

Huah, kali ini saya ingin ber-opini kembali. Menyampaikan pendapat yang mungkin benar tapi mungkin juga salah. Sangat mungkin? Saya hanya ingin berpendapat.

Well, langsung menuju titik alias ‘to the point’ aja yah. Minor dan Mayor, apa yang ada di benak kalian ketika mendengar dua kata tersebut?? Bisa jadi kunci-kunci pintu, eh, akord ya, ada A Minor, A Mayor, nada yang diturunkan atau dinaikan nadanya? Bisa jadi yang kecil dan yang besar, yang kuat  dan yang lemah, yang sedikit  dan yang banyak, dan mungkin masih ada lagi, ya? Hoho

Hmm, sebenarnya apa itu definisi dari Mayor dan Minor? Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Mayor adalah : ma·yor n 1 pangkat perwira menengah peringkat terendah dl ketentaraan, satu tingkat di bawah letnan kolonel, satu tingkat di atas kapten (tanda pangkatnya satu bunga melati emas yg ditempatkan di bahu baju); 2 yg utama; yg besar.

Sedangkan Minor adalah : minor /mi·nor/ 1 n Mus kecil (digunakan untuk selang, tangga nada, dan akor): selang nada sekon -- , tangga nada A -- , dan akor C --; 2 a kecil; kurang penting: ia membawakan peran -- dl drama itu; 3 a belum dewasa (tt orang); 4 a tambahan (tt mata pelajaran, mata kuliah)

***

Sekarang, dalam pendapat saya kali ini, saya ingin menyampaikan sesuatu yang (sekali lagi) mungkin benar dan mungkin juga salah. Mungkin. Dan Mayor dan Minor mungkin hanyalah sebuah istilah atau perumpamaan, versi sesil. Wkwk



Minor  biasanya yang kecil, sedikit, lemah, dan semacamnya. Mungkin sekelompok orang yang memiliki jumlah lebih sedikit tentang ideologinya, pendapatnya, keyakinannya, dan apa yang dipercayainya, mungkin yang lemah. Lalu Mayor  adalah kebalikan dari Minor itu. Yang lebih banyak jumlahnya, dan memiliki kekuatan lebih.

Sekarang, apa yang kau pikirkan? . . .

Yang lebih banyak, biasanya lebih kuat. Yang sedikit akan lebih lemah. Sekarang kita coba mengajak pikiran pikiran kita.., terbang ke suatu tempat nun jauh di sana, atau bahkan di sekitar kita sekarang ini, di mana masalah mayor dan minor ini menjadi benar-benar masalah. Perang? Penindasan? Membuat kita akan merinding,

ketakutan.




Mungkin ada kasus – yang sudah banyak diketuahui orang – yang bisa menjadi cerminan betapa keegoisan atau keinginan itu harus punya batasan. Bisa jadi cerminan, bisa juga menjadi api, menyulut emosi dari orang yang melihat, dengan pendapat mereka, yang belum tentu kebenarannya. Banyak juga yang tidak diketahui orang, tergantung kondisi, mana yang mayor dan mana yang minor. Tentu saja, Hukum Mayor akan mendominasi.

Kenapa? Kenapa yang mayor biasanya menang? Yap. Kalah jumlah. Contoh kecilnya : ketika berbeda pendapat, mungkin ada banyak rahasia umum, tentang paksaan untuk melakukan tindakan tidak baik, secara tidak langsung paksaan. Karena konsekuensi kalau kau tidak melakukan apa yang disuruh si mayor, kau akan mendapat musuh, dibenci, ditindas, dan semacamnya.

Well, tapi tidak semua yang Mayor itu pasti yang salah. Kadang pula pendapat/ideologi mayor adalah yang benar dan yang seharusnya.




Hanya saja yang sekarang menjadi kekhawatiran besar  adalah, ketika sang Mayor belum tentu benar, atau bahkan benar benar salah. – Sebenarnya , hal yang salah itu pastilah hanya timbul dari sebuah kesalah pahaman, keegoisan, keinginan berlebihan alias ambisi, dan hal semacamnya.

Coba saja, seandainya Minor dan Mayor bisa saling memahami, peduli. Saling peduli terhadap keadaan, terhadap sesama, terhadap kelangsungan hidup, terhadap kedamaian dunia yang harus dipertahankan dan diperjuangkan... Membuang egois, menahan emosi, menyingkirkan ambisi yang tidak penting. Yang bisa merusak kedamaian yang lain, yang bisa merusak dunia ini.

Jika. Jika saja semua manusia saling memahami, peduli, dan sadar, pasti dunia ini akan penuh damai, pasti tidak akan banyak terjadi perpecahan, atau bahkan perang. Baik perang yang terlihat maupun yang tidak terlihat, baik perang yang disadari khalayak maupun yang tidak disadari. Btw, OOT sedikit, saya pernah membaca quotes yang bagus tentang perang, yaitu : “War does not determine who is right, only who is left”. Perang tidak menentukan siapa yang benar, hanya siapa yang salah. Benar, kan. .?



Sekarang, mari kita bedoa untuk semuanya. Berdoa untuk kebenaran.

Lalu, Saya? Jangan. Jangan anggap saya adalah manusia religius. Jangan anggap saya manusia alim. Karena saya mungkin, puasti punya buanyak kesalahan dan dosa. Saya cuma pengin menyampaikan pendapat untuk kali ini. Hehe.

Jangan anggap pula artikel saya ini pasti benar, hanya percayalah pada apa yang hati nuranimu katakan : ‘itu benar’.

Mungkin artikel opini saya ini agak mbulet ya? Memang mbulet pasti. Wkwk. Yah, saya hanya berpendapat. Pendapat sesil yang belum tentu kebenarannya. Maaf bila ada banyak salahnya. Sekian Terimakasih.





Salam Damai.

No comments:

Post a Comment