
(ilustrasinya agak gak nyambung ya?, tapi agak nyambung kok. wkwk)
Hai. Sudah lama ya
tidak berjumpa. O iya, U cp? :3 *plak! Abaikan
Huah, kali ini saya
ingin ber-opini kembali. Menyampaikan pendapat yang mungkin benar tapi mungkin
juga salah. Sangat mungkin? Saya hanya ingin berpendapat.
Well, langsung
menuju titik alias ‘to the point’ aja yah. Minor dan Mayor, apa yang ada di
benak kalian ketika mendengar dua kata tersebut?? Bisa jadi kunci-kunci pintu,
eh, akord ya, ada A Minor, A Mayor, nada yang diturunkan atau dinaikan nadanya?
Bisa jadi yang kecil dan yang besar, yang kuat dan yang lemah, yang sedikit dan yang banyak, dan mungkin masih ada lagi, ya?
Hoho
Hmm, sebenarnya apa
itu definisi dari Mayor dan Minor? Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Mayor adalah : ma·yor n 1 pangkat perwira menengah
peringkat terendah dl ketentaraan, satu tingkat di bawah letnan kolonel, satu
tingkat di atas kapten (tanda pangkatnya satu bunga melati emas yg ditempatkan
di bahu baju); 2 yg utama; yg besar.
Sedangkan Minor adalah
: minor /mi·nor/ 1 n Mus kecil (digunakan untuk selang, tangga nada, dan akor): selang nada sekon -- , tangga nada A -- , dan akor C --; 2 a kecil; kurang penting: ia membawakan peran -- dl drama itu; 3 a belum dewasa (tt orang); 4 a tambahan (tt mata pelajaran, mata kuliah)
***
Sekarang, dalam
pendapat saya kali ini, saya ingin menyampaikan sesuatu yang (sekali lagi)
mungkin benar dan mungkin juga salah. Mungkin. Dan Mayor dan Minor mungkin hanyalah sebuah istilah atau perumpamaan, versi sesil. Wkwk
Minor biasanya
yang kecil, sedikit, lemah, dan semacamnya. Mungkin sekelompok orang yang
memiliki jumlah lebih sedikit tentang ideologinya, pendapatnya, keyakinannya,
dan apa yang dipercayainya, mungkin yang lemah. Lalu Mayor adalah kebalikan dari Minor itu. Yang lebih
banyak jumlahnya, dan memiliki kekuatan lebih.
Sekarang, apa yang
kau pikirkan? . . .
Yang lebih banyak, biasanya lebih kuat. Yang sedikit akan lebih lemah.
Sekarang kita coba mengajak pikiran pikiran kita.., terbang ke suatu tempat nun jauh
di sana, atau bahkan di sekitar kita sekarang ini, di mana masalah mayor dan
minor ini menjadi benar-benar masalah. Perang? Penindasan? Membuat kita akan
merinding,
ketakutan.

Mungkin ada kasus –
yang sudah banyak diketuahui orang – yang bisa menjadi cerminan betapa
keegoisan atau keinginan itu harus punya batasan. Bisa jadi cerminan, bisa juga
menjadi api, menyulut emosi dari orang yang melihat, dengan pendapat mereka,
yang belum tentu kebenarannya. Banyak juga yang tidak diketahui orang,
tergantung kondisi, mana yang mayor dan mana yang minor. Tentu saja, Hukum
Mayor akan mendominasi.
Kenapa? Kenapa yang
mayor biasanya menang? Yap. Kalah jumlah. Contoh kecilnya : ketika berbeda
pendapat, mungkin ada banyak rahasia umum, tentang paksaan untuk melakukan
tindakan tidak baik, secara tidak langsung paksaan. Karena konsekuensi kalau
kau tidak melakukan apa yang disuruh si mayor,
kau akan mendapat musuh, dibenci, ditindas, dan semacamnya.
Well, tapi tidak
semua yang Mayor itu pasti yang salah. Kadang pula pendapat/ideologi mayor
adalah yang benar dan yang seharusnya.

Hanya saja yang
sekarang menjadi kekhawatiran besar adalah, ketika sang Mayor belum tentu benar,
atau bahkan benar benar salah. – Sebenarnya , hal yang salah itu pastilah hanya
timbul dari sebuah kesalah pahaman, keegoisan, keinginan berlebihan alias
ambisi, dan hal semacamnya.
Coba saja,
seandainya Minor dan Mayor bisa saling memahami, peduli. Saling peduli terhadap keadaan, terhadap sesama, terhadap kelangsungan
hidup, terhadap kedamaian dunia yang harus dipertahankan dan diperjuangkan...
Membuang egois, menahan emosi, menyingkirkan ambisi yang tidak penting. Yang
bisa merusak kedamaian yang lain, yang bisa merusak dunia ini.
Jika. Jika saja
semua manusia saling memahami, peduli, dan sadar,
pasti dunia ini akan penuh damai, pasti tidak akan banyak terjadi perpecahan,
atau bahkan perang. Baik perang yang terlihat
maupun yang tidak terlihat, baik perang yang disadari khalayak maupun yang tidak disadari. Btw, OOT sedikit,
saya pernah membaca quotes yang bagus tentang perang, yaitu : “War does not determine who is right, only
who is left”. Perang tidak menentukan siapa yang benar, hanya siapa yang
salah. Benar, kan. .?

Sekarang, mari kita bedoa untuk semuanya. Berdoa
untuk kebenaran.
Lalu, Saya? Jangan.
Jangan anggap saya adalah manusia religius. Jangan anggap saya manusia alim.
Karena saya mungkin, puasti punya buanyak kesalahan dan dosa. Saya cuma pengin menyampaikan pendapat untuk kali ini. Hehe.
Jangan anggap
pula artikel saya ini pasti benar, hanya percayalah pada apa yang hati nuranimu
katakan : ‘itu benar’.
Mungkin artikel
opini saya ini agak mbulet ya? Memang mbulet pasti. Wkwk. Yah, saya hanya
berpendapat. Pendapat sesil yang belum tentu kebenarannya. Maaf bila ada banyak
salahnya. Sekian Terimakasih.

Salam Damai.
No comments:
Post a Comment